Selasa, 18 Januari 2011

Harapan di Tengah Tragedi

Beberapa tahun terakhir ini tragedi demi tragedi yang mengenaskan hati secara beruntun datang menerpa negeri ini. Belum lagi hilang dari ingatan peristiwa gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh, Nias dan lain-lain, terjadi lagi tragedi di Wasior, kepulauan mentawai dan meletusnya gunung merapi yang menelan banyak korban. Satu pertanyaan timbul di hati saya (mungkin juga di hati anda), mengapa Tuhan mengijinkan semuanya itu terjadi? Sejujurnya sayapun tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut sebab itu semua merupakan rahasia dari sang Khalik. Namun saya percaya bila Tuhan mengijinkan hal itu terjadi pasti ada hikmah yang dapat kita petik dari musibah-musibah tersebut. Janganlah kita menyalahkan pihak manapun tetapi marilah kita bersama-sama merendahkan diri untuk mencari wajah-Nya.

Merapi
Saya masih ingat ketika terjadi krisis moneter di tahun 1997 lalu, gereja mendadak menjadi penuh. Bangku-bangku gereja yang dulunya kosong melompong tiba-tiba terisi penuh bahkan ada yang sampai tidak cukup lagi menampung jemaat yang ingin beribadah. Banyak orang Kristen yang sudah lama tidak ke gereja menjadi tergerak untuk mencari Tuhan lagi akibat diterpa krisis moneter. Sering kali kita mulai mencari Allah setelah kita mengalami krisis di dalam hidup. Kita jarang menjumpai Allah di jalan yang mudah karena saat segalanya berjalan mudah dan lancar maka kita merasa tidak membutuhkan Dia. Pengalaman saya sendiri mengajarkan bahwa kenyamanan dan kemudahan hidup cenderung menjauhkan saya dari Tuhan tetapi krisis dan penderitaan mendorong saya untuk mencari Allah. Bukan sebuah kebetulan bila sebagian besar dari kita berjumpa dengan Allah ketika kita menghadapi banyak masalah.

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Adam menyalahkan Hawa dan Hawa menyalahkan ular (ular kebingungan mau menyalahkan siapa). Sebagai keturunan Adam, kita semua sedikit banyak mewarisi sifat Adam yang cenderung untuk mudah menyalahkan orang lain saat sesuatu yang buruk terjadi. Saya banyak mendengar dan membaca pernyataan-pernyataan yang menyalahkan orang lain setiap kali musibah menimpa negeri ini. Menyalahkan orang lain merupakan sikap yang tidak bertanggung jawab alias tidak dewasa. Marilah kita meneladani sikap Daniel yang mau bertanggung jawab atas dosa bangsanya (Dan 9:4). Meskipun Daniel hidup dalam kekudusan dan takut akan Allah tetapi dia merasa bertanggung jawab atas dosa yang telah dibuat oleh bangsanya.

Meskipun dalam kenyataaanya saat ini situasi Indonesia sedang terpuruk dalam banyak hal tetapi kita harus tetap memiliki pengharapan. Sebagai orang beriman kita harus tetap percaya bahwa negeri ini ada dalam kendali Tuhan (bukan kendali iblis). Tuhan memiliki rencana yang indah untuk bangsa ini dan satu saat bangsa ini akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Saya percaya rencana Allah untuk menjadikan Indonesia sebagai terang bagi bangsa-bangsa tidak akan bisa gagal. Sebuah kebangunan rohani besar akan terjadi di bangsa ini dan api kebangunan itu akan menyebar ke seluruh pelosok dunia (air mata saya mengalir saat menulis kalimat ini).

Banjir
Sama seperti saudara, hati saya juga sangat sedih menyaksikan begitu banyak korban yang berjatuhan akibat musibah gempa bumi dan gunung meletus kemarin. Saya percaya hati Allah juga menangis melihat umat manusia yang sangat dikasihi-Nya mengalami penderitaan yang begitu berat. Bukankah Allah begitu mengasihi manusia sehingga diberikan-Nya anak-Nya yang tunggal untuk mati dan disalib bagi kita semua? Walaupun kita tidak bisa mengerti mengapa diijinkan-Nya kita mengalami penderitaan itu namun kita tahu Dia mengijinkan itu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita dan itu diijinkan-Nya dalam kasih. Untuk dasar itulah kita harus tetap berharap sebab kita yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rom 8:38-39).

Tidak ada komentar: