Kamis, 20 Januari 2011

Boomerang

Ingat Australia, Anda pasti ingat dengan bumerang, alat berburu yang sangat khas dari suku Aborigin. Bumerang merupakan salah satu senjata yang unik dibandingkan dengan senjata-senjata lainnya. Apa keistimewaannya? Bumerang akan kembali dengan sendirinya jika tidak mengenai sasaran. Adanya pergeseran titik berat pada bumerang menyebabkan perputaran ke arah semula.
Geli juga ketika ingat pengalaman sederhana ini. Saya ada janji untuk ketemu dengan salah seorang teman. Karena teman tak kunjung datang, tak ada salahnya saya jalan-jalan di sekitar tempat itu dan mulai melihat barang-barang yang dipajang di sana. Just killing time, demikian pikir saya. Lalu ketika melihat sebuah barang yang cukup menarik, saya iseng bertanya harganya meski tidak ada niatan sama sekali untuk membeli barang itu. Ketika penjual menyebutkan harganya, sekali lagi saya iseng untuk menawar dengan harga yang sangat rendah, karena memang saya tidak ada niat sama sekali untuk membeli barang itu. Yang membuat saya jadi gelagapan adalah ketika si penjual tahu-tahu menurunkan barang itu dan memberikannya kepada saya, tanda jadi transaksi. Cukup menyesal karena saya sebenarnya hanya iseng saja, tapi sekarang harus merogoh kocek untuk barang yang tak ingin saya beli. Meski demikian, bersyukur karena saya dapat sebuah pelajaran berharga, hati-hati dengan setiap kata yang keluar dari mulut kita, karena itu bisa menyulitkan kita.
Bumerang bisa jadi senjata makan tuan, demikian juga halnya dengan perkataan yang keluar dari mulut kita. Perkataan yang tak tepat waktu untuk diucapkan, perkataan yang tidak tepat kepada siapa harus dikatakan, perkataan kosong, sembrono dan perkataan yang sia-sia kadangkala bisa menyulitkan diri kita sendiri pada akhirnya. Itu sebabnya orang bijak akan berpikir berkali-kali sebelum mengeluarkan satu perkataan, bukannya berkata-kata dulu baru kemudian berpikir dengan apa yang sudah dikatakan. Kalau kita mau sedikit lebih jujur, bukankah banyak kesulitan dan masalah yang kita hadapi sekarang ini sebagai akibat perkataan kita yang sembrono dan tak tepat pada waktunya?
Orang bijak mengeluarkan perkataan yang tepat, pada waktu yang tepat dan pada orang yang tepat.

Rabu, 19 Januari 2011

Ora Et Labora

Yang pasti ini bukan bahasa Jawa. Kalau nanya, mas atao mbak, ngerti ora et labora? Dijawab, ora ngerti. (tidak mengerti) Lha wong ora et labora itu diambil dari bahasa Latin, yang biasanya kita kenal sebagai berdoa dan bekerja.

Ini menandakan bahwa usaha tanpa doa akan sia-sia? Gimana dengan orang yang bekerja tanpa berdoa, toh mereka juga bisa berhasil? Berbicara dalam konteks keKristenan tentu bekerja disini lebih tepat disebut sebagai pelayanan. Meski kita bekerja dalam bidang sekuler, artinya kita tetap melayani – secara hurufiah maupun non hurufiah.

Melayani secara hurufiah melayani sesama kita manusia. Sebagai karyawan, melayani bos kita. Sebagai bos, melayani pelanggan kita. Sebagai manusia, kita adalah status hamba yang melayani Tuan kita, Tuhan Yesus Kristus. Maka hidup kita adalah melayani.

Hal yang menarik melayani normalnya bukan melayani diri sendiri tetapi untuk orang lain. Dalam keluarga kita juga melayani suami istri, anak, orangtua. Maka seharusnyalah kita berdoa bukan untuk pekerjaan kita berhasil untuk diri sendiri, tetapi kiranya kita bisa melayani dengan baik. Kita berdoa supaya kita diberi kekuatan, kebijaksanaan supaya bisa melayani orang lain. Kita berdoa supaya pelayanan (pekerjaan) kita untuk menyatakan kehendak Tuhan, untuk memuliakan nama Tuhan.

Jadi konsepnya adalah Christ Centered bukan man centered lagi. Kita bisa tahu jika seseorang bekerja hanya untuk kepentingan pribadi atau untuk kemuliaan nama Tuhan. Demikian juga dalam pelayanan gerejawi, akan terlihat bagaimana seseorang melayani hanya untuk kekuasaan, nama terhormat, kebanggaan dan diri sendiri.

Dalam berdoa juga akan terdengar jika man centerted maka doanya dari mulai sampai amin hanya untuk mendapat berkat jasmani rohani, terhindar dari masalah, menang dari perkara atau sembuh dari penyakit.

Ora et labora, dicanangkan oleh Benedict (Santo Benediktus) pada abad ke-6, bagi para pastur supaya dalam hidupnya harus seimbang antara bekerja dan berdoa. Seperti Yakobus yang tuliskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Maka kira-kira kayak begitu. Kita kagak bisa bekerja terus dan berhasil, tetapi tidak menyadari bahwa ada campur tangan Tuhan dalam pekerjaan kita. Sebaliknya kita enggak bisa diam berdoa terus tapi enggak berusaha.

Richard De Haan pernah menulis ilustrasi yang bagus seperti ini: “Kita lupa bahwa Allah menginginkan kita menjadi bagian dari jawaban atas doa-doa kita. Kita mengharap Dia melakukan segalanya, dan kita tinggal duduk tanpa melakukan apa-apa. Kita meminta Dia memberkati pelayanan gereja kita, tetapi kita selalu menghindar bila diminta untuk melayani. Kita selalu memohon agar orang-orang yang kita cintai diselamatkan, tetapi kita tidak pernah bersaksi kepada mereka.

Kita mendoakan orang-orang yang mengalami kesulitan keuangan yang berat, tetapi kita tidak mau memberikan apa yang kita miliki untuk membantu mereka. Kita meminta Tuhan menghibur serta menyemangati orang-orang yang mengurung diri dan kesepian, tetapi kita tidak pernah pergi mengunjungi mereka.


Gimana dengan kehidupan doa sehari-hari kita? Berdoa kalau ada waktu, kalau pas inget, kalau lagi ada masalah. Doa hanya jadi corong tagihan kepada Tuhan. Maka banyak doa yang isinya komplain mulu, engga ada semburan pujian syukur, engga ada saluran kekuatan. Doa hanya sebagai ban serep.

Seharusnya orang Kristen mempunyai doa intimasi yang kusyuk dengan Allah. Lah wong Tuhan Yesus sendiri aza berdoa, “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.” Luk 6:12. Kitanya malah enak duduk-duduk atau tiduran menikmati hidup kita.

Selasa, 18 Januari 2011

Harapan di Tengah Tragedi

Beberapa tahun terakhir ini tragedi demi tragedi yang mengenaskan hati secara beruntun datang menerpa negeri ini. Belum lagi hilang dari ingatan peristiwa gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh, Nias dan lain-lain, terjadi lagi tragedi di Wasior, kepulauan mentawai dan meletusnya gunung merapi yang menelan banyak korban. Satu pertanyaan timbul di hati saya (mungkin juga di hati anda), mengapa Tuhan mengijinkan semuanya itu terjadi? Sejujurnya sayapun tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut sebab itu semua merupakan rahasia dari sang Khalik. Namun saya percaya bila Tuhan mengijinkan hal itu terjadi pasti ada hikmah yang dapat kita petik dari musibah-musibah tersebut. Janganlah kita menyalahkan pihak manapun tetapi marilah kita bersama-sama merendahkan diri untuk mencari wajah-Nya.

Merapi
Saya masih ingat ketika terjadi krisis moneter di tahun 1997 lalu, gereja mendadak menjadi penuh. Bangku-bangku gereja yang dulunya kosong melompong tiba-tiba terisi penuh bahkan ada yang sampai tidak cukup lagi menampung jemaat yang ingin beribadah. Banyak orang Kristen yang sudah lama tidak ke gereja menjadi tergerak untuk mencari Tuhan lagi akibat diterpa krisis moneter. Sering kali kita mulai mencari Allah setelah kita mengalami krisis di dalam hidup. Kita jarang menjumpai Allah di jalan yang mudah karena saat segalanya berjalan mudah dan lancar maka kita merasa tidak membutuhkan Dia. Pengalaman saya sendiri mengajarkan bahwa kenyamanan dan kemudahan hidup cenderung menjauhkan saya dari Tuhan tetapi krisis dan penderitaan mendorong saya untuk mencari Allah. Bukan sebuah kebetulan bila sebagian besar dari kita berjumpa dengan Allah ketika kita menghadapi banyak masalah.

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Adam menyalahkan Hawa dan Hawa menyalahkan ular (ular kebingungan mau menyalahkan siapa). Sebagai keturunan Adam, kita semua sedikit banyak mewarisi sifat Adam yang cenderung untuk mudah menyalahkan orang lain saat sesuatu yang buruk terjadi. Saya banyak mendengar dan membaca pernyataan-pernyataan yang menyalahkan orang lain setiap kali musibah menimpa negeri ini. Menyalahkan orang lain merupakan sikap yang tidak bertanggung jawab alias tidak dewasa. Marilah kita meneladani sikap Daniel yang mau bertanggung jawab atas dosa bangsanya (Dan 9:4). Meskipun Daniel hidup dalam kekudusan dan takut akan Allah tetapi dia merasa bertanggung jawab atas dosa yang telah dibuat oleh bangsanya.

Meskipun dalam kenyataaanya saat ini situasi Indonesia sedang terpuruk dalam banyak hal tetapi kita harus tetap memiliki pengharapan. Sebagai orang beriman kita harus tetap percaya bahwa negeri ini ada dalam kendali Tuhan (bukan kendali iblis). Tuhan memiliki rencana yang indah untuk bangsa ini dan satu saat bangsa ini akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Saya percaya rencana Allah untuk menjadikan Indonesia sebagai terang bagi bangsa-bangsa tidak akan bisa gagal. Sebuah kebangunan rohani besar akan terjadi di bangsa ini dan api kebangunan itu akan menyebar ke seluruh pelosok dunia (air mata saya mengalir saat menulis kalimat ini).

Banjir
Sama seperti saudara, hati saya juga sangat sedih menyaksikan begitu banyak korban yang berjatuhan akibat musibah gempa bumi dan gunung meletus kemarin. Saya percaya hati Allah juga menangis melihat umat manusia yang sangat dikasihi-Nya mengalami penderitaan yang begitu berat. Bukankah Allah begitu mengasihi manusia sehingga diberikan-Nya anak-Nya yang tunggal untuk mati dan disalib bagi kita semua? Walaupun kita tidak bisa mengerti mengapa diijinkan-Nya kita mengalami penderitaan itu namun kita tahu Dia mengijinkan itu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita dan itu diijinkan-Nya dalam kasih. Untuk dasar itulah kita harus tetap berharap sebab kita yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rom 8:38-39).

Jumat, 14 Januari 2011

Be Your Self !!!

Kita sering mendengar kalimat populer “Be Your Self!”, apa yang ada di benak kita ketika mendengar kalimat tersebut? Apakah arti menjadi diri sendiri? Banyak orang mengartikan kalimat be your self dengan pemahaman yang keliru. Indiyati Oetomo, International Director of John Robert Powers berkata bahwa be your self tidak hanya cukup menjadi diri sendiri. Karena menjadi diri sendiri bisa positif, tapi bisa juga negatif. Ada orang yang berprinsip, saya adalah saya, mau diterima ya begini, nggak mau ya sudah. Akhirnya, justru sisi negatiflah yang menonjol.
Menurut pemahaman saya, kalimat be your self atau menjadi diri sendiri berbicara tentang 3 hal penting tentang diri kita.
Yang pertama, menjadi diri sendiri berarti mengenal diri kita dengan benar. Kita harus tahu persis seperti apa diri kita di hadapan Tuhan. Kita harus tahu bahwa kita adalah ciptaan Tuhan yang mulia, berharga dan diciptakan dengan tujuan yang jelas. Kita harus tahu apa kelebihan kita dan apa kelemahan kita. Kegagalan yang paling fatal adalah di saat kita gagal mengenal siapa diri kita sendiri dengan benar.
Yang kedua, menjadi diri sendiri berarti kita berani mempertahankan keunikan yang ada pada diri kita. Sayangnya banyak orang justru ingin menjadi imitasi daripada original. Buktinya banyak orang selalu meniru-niru orang lain. Dalam dunia bisnis, meniru kesuksesan orang lain adalah hal yang positif, tapi itu bukan berarti kita meninggalkan keaslian atau keunikan yang ada pada diri kita. Ingatlah bahwa Tuhan menciptakan kita unik dan berbeda dari yang lain supaya kita mempertahankan keunikan kita. Alangkah bijaknya jika kita menggunakan keunikan kita tersebut sebagai salah satu modal untuk mencapai kesuksesan.
Yang ketiga, menjadi diri sendiri berarti kita memaksimalkan keunikan yang ada pada diri kita. Tentu keunikan dalam konteks ini adalah keunikan secara positif. Misalnya kita memiliki cara berpikir yang kreatif, pembawaan diri yang kreatif dan cara kerja yang kreatif, yang berbeda dari kebanyakan orang, lalu maksimalkanlah itu. Berani tambil beda, mengapa tidak? Be your self!
Be your self tidak hanya cukup menjadi diri sendiri, melainkan memaksimalkan keunikan positif diri kita.


Selasa, 11 Januari 2011

Jesus is My Boss..!!!

Jesus is my Boss. Judul yang asyik sekaligus menarik. Mengingatkan kepada kita, bahwa di dalam Alkitab, Tuhan beberapa kali digambarkan sebagai seorang pengusaha atau pemilik, dengan kata lain, Tuhan juga adalah sosok Bos yang sempurna. Dari hal ini kita bisa belajar meneladani bagaimana cara kita bertindak dalam dunia kerja seperti yang Bos kita di surga melakukannya.
Boss
Bos kita rajin bekerja. Bos kita tidak hanya duduk santai di singgasanaNya saja, sebaliknya sampai detik ini Ia terus bekerja. Mengatur jagat raya, menjaga kelangsungan alam dan selalu menyatakan pemeliharaan serta pertolonganNya bagi kita. Jika Bos kita di surga bekerja, sudah seharusnya kita juga bekerja. Bekerja, tanpa harus kecanduan kerja. Tahu waktu untuk istirahat, karena Bos kita juga beristirahat setelah enam hari menciptakan alam ini. Itu juga berarti bahwa Bos kita pakarnya me-manage waktu, kitapun harusnya bisa mengatur dan memprioritaskan waktu dengan baik.
Bos kita memiliki sikap positif yang sempurna. Ia tidak pernah menyerah. Lihat saja perumpamaan tentang seorang gembala yang kehilangan satu dombanya atau seperti seorang perempuan yang kehilangan satu keping uang yang dimilikinya. Tak akan menyerah sebelum yang hilang ditemukan! Bukankah dalam bekerja sudah seharusnya kita ulet, optimis, tak kenal menyerah, dan memiliki semangat kuat?
Bos kita sangat bijak dan sangat adil dalam setiap keputusanNya. Bos kita tidak pernah bekerja sendiri, Ia selalu bermitra dengan kita menjadi satu tim. Bos kita tidak pernah sewenang-wenang, bahkan pekerja yang masuk jam 5 sore pun diberi upah sehari kerja. Bos kita tidak menggelapkan pajak, Yesus sudah memberi contoh yang jelas soal itu. Bos kita tidak pernah berbuat curang. Ia jujur, bahkan untuk dosa sekecil apapun, Ia tidak pernah kompromi.
Kita ingin sukses? Mari teladani Bos kita. Jadilah pebisnis atau pemimpin yang bijak dan adil. Bangunlah sebuah tim yang kuat untuk mencapai kesuksesan bersama. Jangan bertindak sewenang-wenang dengan bawahan kita, hormati mereka, sebab tanpa mereka kita tidak akan bisa sukses. Bekerjalah dengan jujur, tidak curang dan mengedepankan integritas!
Teladanilah Bos kita di surga dalam dunia kerja.

Kerjasama (Teamwork)

Kerjasama
Saya selalu berpikir bahwa sebuah tim olahraga yang bertaburan dengan bintang, pasti akan mendulang sukses dan menjadi juara. Memang tak dapat disangkal lagi bahwa kemampuan dan keahlian individu sangat berpengaruh pada potensi tim, namun ternyata itu bukan segala-galanya. Ada satu hal lagi yang lebih penting dari pada sekedar skill individu, yaitu kerja sama dalam tim!
Bagi Anda yang suka sepak bola, mungkin masih membekas kuat di benak kita kejuaraan euro-champion pada tahun 2004. Sang juara bukanlah Italia, Inggris, Perancis, Belanda ataupun Spanyol yang bertebaran bintang, tapi justru Yunani yang sama sekali tidak diperhitungan dan dianggap sebagai tim underdog. Tidak salah juga jika tim Yunani sama sekali tidak diperhitungkan, sebab mereka memang tak punya pemain yang sangat menonjol, namanya saja kita hampir-hampir tidak pernah mendengarnya. Lalu apa kunci kesuksesan mereka sehingga mereka berhasil mempecundangi tim-tim unggulan? Kerja sama tim!
Untuk meraih kesuksesan, kerja tim yang solid mutlak diperlukan. Jika tak ada kerja sama yang bagus, ini akan sangat memperlambat kinerja keseluruhan. Menjadi tugas seorang pemimpin untuk membuat sebuah tim kerja yang solid, ini akan berdampak besar bagi kemajuan perusahaan. Saya cuplikan kata-kata bagus dari Michael Jordan, bintang NBA , "Ada banyak tim dalam setiap olahraga yang memiliki pemain-pemain hebat tetapi tidak pernah memenangkan pertandingan. Seringkali, pemain-pemain tersebut tidak mau berkorban untuk kebesaran tim yang lebih baik. Hal yang menggelikan adalah, pada akhirnya keengganan mereka untuk berkorban hanya membuat tujuan-tujuan pribadi lebih sulit dicapai. Satu hal yang saya percayai adalah jika Anda berpikir dan mencapai sesuatu sebagai sebuah tim, penghormatan pribadi akan datang dengan sendirinya.” Kerja sama tim itu kunci kesuksesan kita. Unsur individu memang penting, namun tidak ada yang bisa menggantikan kerja sama tim!
Satu orang dapat menjadi unsur dalam sebuah tim, tetapi satu orang tidak dapat membuat tim.

Senin, 10 Januari 2011

Berdirilah Teguh

Hari ini kita memasuki hari keempat di tahun 2011. Tahun ini bagi sebagian orang adalah tahun kebangkitan karena ada yang percaya bahwa tahun ini perekonomian akan semakin membaik, peluang-peluang usaha akan semakin terbuka, pertumbuhan ekonomi akan semakin baik. Dilain pihak bagi sebagian orang tahun ini tidak jauh beda dengan tahun lalu, tahun yang penuh susah dan bencana.
Saudaraku, bagi kita umat Tuhan yang menyerahkan hidup kedalam tangan Tuhan, kita tidak perlu kuatir dan takut akan hari esok. Apakah itu tahun baik ataupun tahun tidak baik, bagi kita adalah tahun pengucapan syukur. Kita wajib bersyukur atas apapun keadaan yang akan terjadi pada tahun 2011 ini. Apakah hal itu baik ataupun tidak maka kita harus mengucap syukur senantiasa.
Mengapa kita harus mengucap syukur? Itu karena sebagai orang yang percaya dan mengandalkan Tuhan, kita harus menyadari bahwa apapun yang terjadi Tuhan pasti mempunyai maksud dan tujuan yang baik bagi kita.
Roma 8:28  Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. 

Jadi saudaraku, melalui ayat ini kita melihat bahwa tidak ada sesuatupun yang terjadi kebetulan. Apapun yang terjadi semuanya atas seijin dari Tuhan karena Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, tetapi sebaliknya untuk mendatangkan malapetaka bagi orang fasik.
Oleh sebab itu saudaraku, berdirilah teguh, jangan kuatir akan apa yang akan kita hadapi tahun 2011 ini sebab apapun itu yang akan terjadi pasti akan mendatangkan kebaikan bagi kita umat pilihan-Nya. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin